ATMOSFER
Agun Awan,S.Pd. (Jl.Bandar Ngalim Gg.II/1-A, Bandar Kiddul, Mojoroto, Kediri, Indonesia)
Tentang “Atmosfer (Cuaca dan Iklim)”. Dimana cuaca juga berpengaruh bagi
kehidupan kita sehari hari dan berpengaruh pula pada lingkungan dimana kita tinggal.
Dari tipe rumah, jenis pakaian, jenis tanaman yang tumbuh hingga jenis pekerjaan
LAPISAN ATMOSFER
Setelah membaca kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi ciri-ciri lapisan atmosfer dan pemanfaatannya; dan
2. menggambar lapisan atmosfer dan membuat laporan.
Apakah Anda tahu bahwa 30 persen luas permukaan bumi berupa daratan
dan laut mencakup 70 persen luas permukaan bumi dan dihuni oleh
ikan dan hewan sejenisnya, sedangkan luas atmosfer mencakup 100
persen.
A. KOMPOSISI UDARA
Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling
panas, tetapi tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Jadi
Anda tentu bisa menyimpulkan sendiri betapa pentingnya udara bagi kehidupan
di bumi. Karena tanpa udara, maka manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak
dapat hidup. Udara untuk kehidupan sehari-hari terdapat di atmosfer.
Atmosfer juga berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di bumi dari
radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke
ruang angkasa pada malam hari.
Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak
melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas
dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.
Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang tidak tampak dan tidak
berwarna. Empat gas utama dalam udara kering meliputi (lihat tabel 1.1).
Tabel 1.1. Gas Utama dalam Udara Kering.
Kegiatan Belajar 1
Macam gas Volume % Massa %
Nitrogen (N2) 78,088 75,527
Oksigen (O2) 20,049 23,143
Argon (Ar) 0,930 1,282
Karbon dioksida (CO2) 0,030 0,045
Total keseluruhan 99,097 99,097
Kondisi dan manfaat gas dalam atmosfer antara lain:
1. Nitrogen (N2) jumlahnya paling banyak, meliputi 78 bagian. Nitrogen tidak
langsung bergabung dengan unsur lain, tapi merupakan bagian dari senyawa
organik.
2. Oksigen (O2) sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk mengubah zat
makanan menjadi energi hidup.
3. Karbon dioksida (CO2) menyebabkan efek rumah kaca (greenhouse)
transparan terhadap radiasi gelombang pendek dan menyerap radiasi
gelombang panjang. Dengan demikian kenaikan kosentrasi CO2 di dalam
atmosfer akan menyebabkan kenaikan suhu di bumi.
4. Ozon (O3) adalah gas yang sangat aktif dan merupakan bentuk lain dari
oksigen. Gas ini terdapat pada ketinggian antara 20 hingga 30 km. Ozon
dapat menyerap radiasi ultra violet yang mempunyai energi besar dan
berbahaya bagi tubuh manusia.
Salah satu unsur yang penting dalam atmosfer adalah uap air.
Uap air (H2O) sangat penting dalam proses cuaca atau iklim, karena dapat
merubah fase (wujud) menjadi fase cair, atau fase padat melalui kondensasi
dan deposisi.
Uap air merupakan senyawa kimia udara dalam jumlah besar yang tersusun
dari dua bagian hidrogen dan satu bagian oksigen. Uap air yang terdapat di
atmosfer merupakan hasil penguapan dari laut, danau, kolam, sungai dan
transpirasi tanaman.
Atmosfer selalu dikotori oleh debu. Debu adalah istilah yang dipakai untuk benda
yang sangat kecil sehingga tidak tampak kecuali dengan mikroskop. Jumlah
debu berubah-ubah tergantung pada tempat. Sumber debu beraneka ragam,
yaitu asap, abu vulkanik, pembakaran bahan bakar, kebakaran hutan, smog
dan lainnya. Smog singkatan dari smoke and fog adalah kabut tebal yang sering
dijumpai di daerah industri yang lembab. Debu dapat menyerap, memantulkan,
dan menghamburkan radiasi matahari. Debu atmosferik dapat disapu turun ke
permukaan bumi oleh curah hujan, tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel
debu kembali. Debu atmosfer adalah kotoran yang terdapat di atmosfer.
ES
AIR UAP
Penguapan
Pengembunan
B. Struktur Vertikal Atmosfer
Dengan memakai suhu sebagai dasar pembagian atmosfer, maka atmosfer terdiri
dari lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer dan thermosfer. Lihat gambar 2.
Gambar 2. Pembagian lapisan atmosfer berdasarkan suhu.
1. Lapisan Troposfer
Gejala cuaca (awan, petir, topan, badai dan hujan) terjadi di lapisan troposfer.
Pada lapisan ini terdapat penurunan suhu yang terjadi karena sangat
sedikitnya troposfer menyerap radiasi gelombang pendek dari matahari,
sebaliknya permukaan tanah memberikan panas pada lapisan troposfer yang
terletak di atasnya; melalui konduksi, konveksi, kondensasi dan sublimasi
yang dilepaskan oleh uap air atmosfer.
Konduksi adalah proses pemanasan secara merambat.
Konveksi adalah proses pemanasan secara mengalir.
Kondensasi adalah proses pendinginan yang mengubah wujud uap air menjadi air.
Sublimasi adalah proses perubahan wujud es menjadi uap air.
Pertukaran panas banyak terjadi pada troposfer bawah, karena itu suhu turun
dengan bertambahnya ketinggian pada situasi meteorologi (ilmu tentang
cuaca). Nilainya berkisar antara 0,5 dan 1o C tiap 100 meter dengan nilai rata
rata 0,65o C tiap 100 meter.
Udara troposfer atas sangat dingin dengan demikian lebih berat dibandingkan
dengan udara diatas tropopause sehingga udara troposfer tidak dapat
menembus tropopause. Ketinggian tropopause lebih besar di ekuator daripada
di daerah kutub. Di ekuator, tropopause terletak pada ketinggian 18 km dengan
suhu - 80o C, sedangkan di kutub tropopause hanya mencapai ketinggian 6
km dengan suhu - 40o C. Tropopause adalah lapisan udara yang terdapat di
antara troposfer dengan stratosfer.
2. Lapisan Stratosfer
Lapisan atmosfer diatas tropopause merupakan lapisan inversi, artinya suhu
udara bertambah tinggi (panas) seiring dengan naiknya ketinggian. Disebut
juga lapisan Isothermis. Kenaikan suhu ini disebabkan oleh lapisan ozonosfer
yang menyerap radiasi ultra violet dari matahari. Bagian atas stratosfer dibatasi
oleh permukaan diskontinuitas suhu yang disebut stratopause. Stratopause
terletak pada ketinggian 60 km dengan suhu 0o C.
3. Lapisan Mesosfer
Lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan orde suhu 0,4o C setiap 100
meter, karena lapisan ini mempunyai keseimbangan radiasi yang negatif.
Bagian atas mesosfer dibatasi oleh mesopause yaitu lapisan di dalam atmosfer
yang mempunyai suhu paling rendah, kira-kira -100o C. Ketinggian sekitar
85 km.
4. Lapisan Thermosfer
Lapisan ini terletak pada ketinggian 85 dan 300 km yang ditandai dengan
kenaikan suhu dari -100o C sampai ratusan bahkan ribuan derajat.
CUACA DAN IKLIM
Setelah membaca kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat:
1. menganalisis dinamika unsur-unsur cuaca dan iklim (penyinaran,
suhu, angin, awan, kelembaban, curah hujan); dan
2. melakukan percobaan dalam mengukur suhu.
Apakah Anda bisa membedakan antara cuaca dengan iklim? Untuk
mengetahuinya cobalah Anda simak pernyataan ini “Hari ini sangat cerah”,
dan “Bulan bulan belakangan ini tidak tampak turun hujan, sehingga
dimana-mana terjadi kekeringan”. Nah bisakah Anda membedakan pernyataan
tersebut? Pernyataan yang pertama menunjukkan saat itu juga, waktunya sangat
singkat. Dan saya percaya Anda pasti bisa menjawab bahwa pernyataan pertama
adalah menunjukkan “cuaca” dan pernyataan yang kedua, karena waktunya sangat
lama/panjang, hal itu menunjukkan “iklim”. Benarkah demikian? Untuk mengetahuinya
marilah kita bahas bersama-sama tentang cuaca dan iklim serta unsur-unsurnya.
A. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang
relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari
gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja.
Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbedabeda
untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca selalu
diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil
analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan.
Untuk negara negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan
setiap jam dan sangat akurat (tepat).
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi
wilayah yang luas.
Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi
yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya
distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan,
arus laut dan badai.
Perlu Anda ketahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut
Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut
Meteorologi.
B. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara,
tekanan udara, kelembaban udara dan curah hujan.
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur
suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran
dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu
udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan
makin ke kutub, makin dingin.
Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin jika
ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah
100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu
semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada
udara kering, besar lapse rate adalah 1o C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu
daerah adalah:
a. Lama penyinaran matahari.
b. Sudut datang sinar matahari.
c. Relief permukaan bumi.
d. Banyak sedikitnya awan.
e. Perbedaan letak lintang.
Matahari merupakan sumber panas. Pemanasan udara dapat terjadi melalui
dua proses pemanasan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan tidak
langsung.
a. Pemanasan secara langsung
Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses
sebagai berikut:
1) Proses absorbsi
adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama,
sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari
tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi
adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali
ke angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan partikel-partikel lain
di atmosfer.
3) Proses difusi
Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru
dan lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan
langit berwarna biru.
b. Pemanasan tidak langsung
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:
1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara
bagian bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas
pada lapisan udara di atasnya.
2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal
(mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur
dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan
kembali ke atmosfer.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 4 berikut.
Gambar 4. Pengaruh atmosfer terhadap energi panas matahari.
(Konsep Dasar Indraja dan Pengolahan Citra, Bakosurtanal, 1995)
Di Indonesia, keadaan suhu udara relatif bervariasi.
2. Tekanan Udara
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai
berat dan tekanan. Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan
menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur tekanan udara
adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya adalah barometer raksa.
Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan masa
udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah
apabila semakin tinggi dari permukaan laut.
perbedaan tekanan udara.
Daerah yang banyak menerima panas matahari, udaranya akan mengembang
dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat
lain terdapat tekanan udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara
tersebut dinamakan angin.
ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut
sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin
a. Kekuatan Angin
Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan
gradient barometriknya. Gradient baromatrik ialah angka yang
menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak
15 meridian (111 km).
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya.
Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi
bumi, dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah
angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah
kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai
90o sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini
banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas samudra.
Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai contoh,
pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan
atau ke atas.
c. Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai
kecepatan gerak ke arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan
gerak tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi yng bulat ini
menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin dekat ke arah kutub.
Lihat tabel 3. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin
disebut anemometer.
Tabel 3. Hubungan antara lintang tempat dan kecepatan linier.
Sistem Angin
1) Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah
subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Lihat gambar 6:
a) Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara.
b) Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena
temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut
dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua
angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan
massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan.
Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).
2) Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan
turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat.
Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di
belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada
daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin anti passat kembali
turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini
menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya,
terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun
Sahara (Afrika), dan gurun di Australia.
Lintang tempat Kecepatan linier
0o(ekuator) 461 meter/detik
30o 402 meter/detik
60o 232 meter/detik
90o(kutub) 0 meter/detik
Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS) terdapat daerah “teduh
subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin.
Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS terdapat juga
daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah
doldrum”
3) Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara
dan Selatan mengalir ke daerah sedang Utara dan daerah sedang
Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di belahan bumi
Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan
bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada
daerah lintang 60o LS. Di sini bertiup angin Barat yang sangat kencang
yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4) Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah
dengan tekanan udara maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin
ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS).
Angin ini disebut angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena
berasal dari daerah kutub.
5) Angin Muson (Monsun)
Angin muson ialah angin yang berganti arah secara berlawanan setiap
setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup
angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin
laut yang basah.
Di samping angin musim, di Indonesia juga terdapat angin lokal (setempat)
yaitu sebagai berikut:
1. Angin darat dan angin laut
Angin ini terjadi di daerah pantai. Pada siang hari daratan lebih cepat
menerima panas dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup dari laut
ke darat, disebut angin laut. Sebaliknya, pada malam hari daratan
lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan. Daratan
bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin bertiup
dari darat ke laut, disebut angin darat. Lihat gambar 8.
Angin laut Angin darat
2. Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah
lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang
lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari lembah ke puncak
gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari udara
mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
3. Angin Jatuh yang sifatnya kering dan panas
Angin jatuh atau Fohn ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas
terdapat di lereng pegunungan Alpine. Sejenis angin ini banyak
terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok (Deli), angin
Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan
Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
3. Kelembaban Udara
Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan samudra (sumber
yang utama). Sumber lainnya berasal dari danau-danau, sungai-sungai,
tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin banyak
uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah udara
tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer
atau psychrometer.
Ada dua macam kelembaban udara:
1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di
udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air
dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara
(kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat
dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan
dalam persen (%).
Contoh:
Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20o C terdapat 14 gram uap air (basah
absolut = 14 gram), sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya
pada suhu 20o C = 20 gram.
Jadi kelembaban relatif udara itu = 20
14
x 100% = 70%.
4. Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain
gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
- bentuk medan/topografi
- arah lereng medan
- arah angin yang sejajar dengan garis pantai
- jarak perjalanan angin di atas medan datar
Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang
dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama
disebut Isohyet.
Klasifikasi hujan
a. Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:
1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm;
2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya
berada di bawah titik beku;
3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca
panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan
4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang
temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih
7 mm.
b. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
1) Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan
yang terjadi di daerah front,
yang disebabkan oleh
pertemuan dua massa
udara yang berbeda
temperaturnya. Massa
udara panas/lembab
bertemu dengan massa
udara dingin/padat
sehingga berkondensasi
dan terjadilah hujan.
2) Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya
pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o
LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi
menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat
pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun
hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial
atau hujan konveksi.
3) Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin
mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga
terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan
yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis,
sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan
disebut daerah bayangan hujan.
5. Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena
adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan
yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.
a. Menurut morfologinya (bentuknya)
Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal
(bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat
menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah
awan yang rendah dan luas.
3) Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat,
berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak
dapat menimbulkan hujan.
b. Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena tingginya selalu
terdiri dari kristal-kristal es.
a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.
c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
b) Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.
3) Awan rendah (di bawah 200 m)
a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpalgumpal.
b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.
c) Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah
merupakan hujan.
4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500
m–1500 m
a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya
rata.
b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas dan
sebagian telah merupakan hujan,
sering terjadi angin ribut.
KLASIFIKASI IKLIM DAN POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA
Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan mempunyai
kompetensi:
1. mengklasifikasi berbagai tipe iklim; dan
2. menyajikan informasi tentang persebaran hujan di Indonesia.
Apakah Anda bisa ingat pada kegiatan belajar 2 tentang pengertian iklim?
Iklim adalah cuaca rata rata di daerah yang luas dalam jangka waktu
panjang (kira-kira 30 tahun). Untuk mendapatkan gambaran iklim suatu
daerah dengan tepat tidak cukup hanya memperhatikan unsur-unsur cuaca rata
rata saja, tetapi harus diperhatikan juga perubahannya sepanjang waktu.
A. MACAM-MACAM IKLIM
Terjadinya iklim yang bermacam-macam di muka bumi, disebabkan karena rotasi
dan revolusi bumi dan adanya perbedaan garis lintang. Beberapa macam iklim
antara lain:
1. Iklim Matahari
Klasifikasi iklim matahari, didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari
yang diterima oleh permukaan bumi.
Pembagian daerah iklimnya adalah (lihat gambar 12):
a. Daerah iklim tropis : 0o – 23,5o LU/LS
b. Daerah iklim sub tropis : 23,5o – 40o LU/LS
c. Daerah iklim sedang : 40o – 66,5o LU/LS
d. Daerah iklim dingin : 66,5o – 90o LU/LS
2. Iklim Kodrat
Pembagian iklim ini disesuaikan dengan batas kehidupan tumbuh-tumbuhan
dan sebagai batas daerah iklimnya dipergunakan garis isotherm pada bulan
terpanas dan terdingin selama satu tahun.
3. Iklim Koppen
Iklim ini paling banyak dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah
hujan dan temperatur. Koppen membagi iklim dalam 5 daerah iklim, dinyatakan
dengan simbol huruf.
a. Iklim A (Iklim Hujan Tropis)
Temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18oC, curah hujan tahunan
tinggi, rata rata lebih dari 70 cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam.
b. Iklim B (Iklim Kering/Gurun)
Terdapat di daerah gurun atau semiarid (steppa), curah hujan terendah
25,5 mm/tahun. Penguapan besar.
c. Iklim C (Iklim Sedang)
Temperatur bulan terdingin 18oC sampai –3oC.
d. Iklim D (Iklim Salju atau Mikrothermal)
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10oC, sedangkan suhu rata rata
bulan terdingin – 3oC.
e. Iklim E atau iklim Kutub
Terdapat di diderah Arctic dan Antartika. Suhu tidak pernah lebih dari
10oC. Tidak mempunyai musim panas yang benar-benar panas.
Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim
A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E.
Tipe iklim A dibagi menjadi 3 sub tipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu
f, w dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af, Aw dan Am.Lihat gambar 13.
a. Iklim Af adalah iklim A dengan curah hujan bulanan 60 mm. Hujan
sepanjang tahun.
b. Iklim Aw adalah tipe iklim A yang memiliki musim kering yang panjang
(Savana).
c. Iklim Am adalah peralihan antara Af dan Aw. Persediaan air tanah cukup
sehingga vegetasi tetap.
5. Iklim Oldeman
Seperti halnya metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman (1975) hanya
memakai unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Bulan basah dan
bulan kering secara berturut turut yang dikaitkan dengan pertanian untuk
daerah daerah tertentu. Maka penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan
zona agroklimat (agro-climatic classification). Misalnya jumlah curah hujan
sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi
sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan
minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5
bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu
musim. Dalam metode ini, bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang
mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun
lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang
digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang
optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani
dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan
basah berurutan, maka tidak dapat membududayakan padi tanpa irigasi
tambahan.
Dari tinjauan di atas, Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama, yaitu:
A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.
B : Jika terdapat 7 – 9 bulan basah berurutan.
C : Jika terdapat 5 – 6 bulan basah berurutan.
D : Jika terdapat 3 – 4 bulan basah berurutan.
E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.
Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut:
a. Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm.
b. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm.
c. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.
6. Iklim F. Junghuhn
Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai
dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Pembagian daerah iklim tersebut adalah:
a. Daerah panas/tropis
Tinggi tempat : 0 - 600 m dari permukaan laut.
Suhu : 26,3o C - 22o C.
Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
b. Daerah sedang
Tinggi tempat : 600 m - 1500 m dari permukaan laut.
Suhu : 22o C - 17,1o C.
Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.
c. Daerah sejuk
Tinggi tempat : 1500 - 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 17,1o C - 11,1o C.
Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
d. Daerah dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 11,1o C - 6,2o C.
Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
B. POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA
Pola umum curah hujan di Kepulauan Indonesia dapat dikatakan sebagai berikut:
1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak dari
pantai timur.
2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan pulau-pulau yang
panjang dan berderet dari barat ke timur. Pulau-pulau ini hanya diselingi oleh
selat-selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini secara keseluruhan
tampak seakan akan satu pulau, sehingga berlaku juga dalil, bahwa di sebelah
timur curah hujan lebih kecil, kalau dibandingkan dengan sebelah barat.
Sebelah barat dari jejeran pulau ini adalah pantai Barat Jawa Barat.
3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah
jumlahnya dari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada
ketinggian 600 - 900 m.
4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim
Pancaroba, demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar-besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak D.K.A.T.
6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari Barat ke Timur. Pantai
Barat Pulau Sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan terbanyak bulan
November. Lampung, Bangka, yang letaknya sedikit ke timur, pada bulan
Desember. Sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada bulan Januari-
Februari, yang letaknya lebih ke timur lagi.
7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah
mempunyai musim hujan yang berbeda, yaitu Mei-Juni. Justru pada waktu
bagian lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering. Batas wilayah
hujan Indonesia Timur kira-kira terdapat pada 120o bujur timur.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Akan
tetapi, seperti telah disebutkan di muka bahwa antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain curah hujannya tidak sama. Daerah yang paling besar curah
hujannya adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet, dengan curah
hujan sekitar 7069 mm/tahun. Sedangkan kota Palu di Sulawesi Tengah,
merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
PENGARUH CUACA DAN IKLIM TERHADAP KEHIDUPAN
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan mempunyai
kompetensi:
1. mengidentifikasi jenis jenis vegetasi alam menurut iklim dan bentang
alam serta persebarannya; dan
2. mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perubahan iklim global (El Nino,
La Nina) dan dampaknya terhadap kehidupan.
Dari uraian pada kegiatan belajar 2 Anda sudah mengetahui bermacam
macam iklim. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa makanan yang
ada di rumah Anda berasal dari hasil-hasil pertanian, seperti nasi yang
berasal dari padi daerah tropis hujan, atau kurma yang berasal dari daerah gurun
yang terik atau tepung terigu yang berasal dari daerah agak kering (semi-arid), dan
sebagainya. Iklim membatasi pertumbuhan tanaman di muka bumi, karena itu iklim
membatasi hasil panen. Hewan juga tanggap terhadap perbedaan iklim, baik secara
fisiologis maupun berdasarkan atas pakan ternak. Jadi jelas iklim sangat bermanfaat
bagi kehidupan di bumi, terutama bagi makhluk hidup.
A. JENIS-JENIS VEGETASI ALAM MENURUT IKLIM
1. Padang Rumput
Padang rumput adalah suatu wilayah yang tumbuhannya didominasi oleh
rerumputan dengan karakteristik wilayah sebagai berikut:
a. terletak di daerah tropis sampai subtropis,
b. curah hujan antara 25 cm - 50 cm per tahun,
c. terdapat di daerah basah, seperti Amerika Utara dan India.
2. Gurun
Gurun merupakan daerah tandus yang berbatasan dengan padang rumput
dan semakin menjauh dari padang rumput semakin gersang. Ciri-ciri gurun
sebagai berikut:
a. curah hujan rendah (kurang dari 25 cm per tahun),
b. hujan turun tidak teratur dan tidak pernah lebat,
c. matahari sangat terik (pada musim panas suhu dapat mencapai 40o C),
dan
d. amplitudo harian sangat besar.
3. Tundra
Tundra adalah daerah dingin (beku), dengan ciri-ciri:
a. terletak hanya di daerah kutub utara,
b. memiliki iklim kutub,
c. pohon rendah/amat pendek (semak) dan lumut,
d. masa pertumbuhan vegetasi sangat pendek.
4. Hutan Basah
Hutan basah terdapat di daerah tropis dan subtropis. Hutan ini sepanjang
tahun selalu mendapatkan air dan mempunyai spesies pepohonan yang
beragam. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. masa pertumbuhannya lama,
b. jenis tumbuhannya banyak,
c. ketinggian 20 m sampai 40 m,
d. berdaun lebar,
e. hutan basah,
f. jenis pohon sulur hingga kayu keras.
5. Hutan Gugur
Hutan ini selain didominasi padang rumput, juga mempunyai tumbuhan yang
daunnya gugur pada musim gugur. Hutan gugur memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. curah hujan merata sepanjang tahun,
b. curah hujan antara 75 cm - sampai 100 cm per tahun,
c. terdapat di daerah yang memiliki empat musim,
d. pohon tidak terlalu rapat,
e. ketinggian tumbuhan 10 m - 20 m,
f. spesiesnya sedikit.
6. Taiga
Hutan yang didominasi oleh tanaman pohon pinus berdaun seperti jarum.
Persebarannya di Indonesia sangat merata dan beraneka. Banyak tumbuhan
yang hanya tumbuh di Indonesia (endemic). Dari 300.000 jenis tumbuhan di
bumi ini kurang lebih 37.000 jenis (12,3%) terdapat di Indonesia. Hal ini karena
Indonesia terletak di antara dua kawasan biogeografi, yaitu Oriental dan
Australia. Ada beberapa jenis tumbuhan langka yang tumbuh di Indonesia,
misalnya bunga Raflesia di Bengkulu, D.I. Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan
Timur, Jambi dan Jawa Barat.
Ada juga jenis tanam yang dapat mencirikan daerahnya, seperti:
a. Salacca salcca Kultivar Pondoh (Salak Pondoh) dari Yogyakarta (Sleman).
b. Salacca Zalaccurtivar Condet (Salak Condet) dari D.K.I. Jakarta.
c. Santalum Album (Cendana) dari daerah Nusa Tenggara Timur (Pulau
Timor).
d. Metroxylon Sagu (Sagu) dari daerah Maluku dan Papua.
B. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun waktu. Perubahan
iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang), yaitu perubahan iklim
secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim dapat berubah dalam bentuk
siklus, baik harian, musiman, tahunan, maupun puluhan tahun. Perubahan iklim
adalah perubahan unsur unsur iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau
turun secara nyata.
1. Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya kosentrasi gas di
atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi
yang berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas yang membuang limbah
gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous
oksida (N2O). Sang surya yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi
panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bumi bersuhu nyaman
bagi kehidupan manusia. Apabila kemudian atnosfer bumi dijejali gas,
terjadilah “efek selimut” seperti yang terjadi pada rumah kaca, yakni radiasi
panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh “selimut gas” sehingga suhu
bumi naik dan menjadi panas. Semakin banyak gas dilepas ke udara, semakin
tebal “selimut Bumi”, semakin panas pula suhu bumi.
2. Dampak Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global adalah
sebagai berikut:
a. Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan laut naik.
b. Air laut naik maka akan menenggelamkan pulau dan menghalangi
mengalirnya air sungai ke laut yang menimbulkan banjir di dataran rendah
kalau di Indonesia seperti pantai utara Pulau Jawa, dataran rendah
Sumatera bagian timur, Kalimantan bagian selatan, dan lain-lain.
c. Yang paling mencemaskan adalah berubahnya iklim sehingga berdampak
buruk pada pola pertanian Indonesia yang mengandalkan makanan pokok
beras pada pertanian sawah yang bergantung pada musim hujan. Suhu
bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga
air menjadi langka. Ini memukul pola pertanian berbasis air.
d. Meningkatnya resiko kebakaran hutan.
3. El Nino dan La Nina
El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim.
El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai
barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim
secara global. Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin
karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju permukaan). Menurut
bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar
hari Natal (akhir Desember).
Di Indonesia, angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa
banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah
di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia
hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang
panjang.
Sejak tahun 1980 telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia, yaitu pada tahun
1982, 1991, 1994, dan tahun 1997/98. El Nino tahun 1997/98 menyebabkan
kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat
pada berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun dratis, yang kemudian
disusul krisis ekonomi.
El Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di berbagai benua, terutama
di Afrika sehingga terjadi kelaparan di Etiopia dan negara-negara Afrika Timur
lainnya. Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika Selatan munculnya El
Nino menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan karena
melemahnya upwelling.
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk
lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai
melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru – ekuador kembali bergerak
ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin),
dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali.
Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah
terjadinya gejala El Nino.
Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai
ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi
daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik
Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut
banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk
Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa
terjadi banjir.
Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La Nina, yaitu tahun
1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
PENUTUP
Selamat! Anda sudah dengan baik mempelajari modul ini. Dengan memahami isi
modul ini Anda berarti sudah mampu memprediksi dinamika perubahan atmosfer
dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Cuaca juga berpengaruh bagi
kehidupan sehari-hari Anda dan berpengaruh pula pada lingkungan Anda. Dari tipe
rumah, jenis pakaian, jenis tanaman yang tumbuh hingga jenis pekerjaan banyak
dipengaruhi cuaca dan iklim.
Hal-hal yang penting Anda pelajari adalah:
1. Berdasarkan temperaturnya/suhu, atmosfer terdiri dari lapisan troposfer,
stratosfer, mesosfer, dan termosfer.
2. Di dalam lapisan troposfer terdapat gejala cuaca dan iklim.
3. Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dan daerah yang sempit,
sedangkan iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan
dalam waktu yang lama.
4. Unsur cuaca adalah suhu, tekanan udatra, angin, kelembaban udara, curah hujan
dan awan.
5. Ada dua cara pemanasan udara, yaitu pemasan langsung dan pemanasan tidak
langsung.
6. Iklim di dunia dapat diklasifikasikan menjadi iklim matahari (berdasarkan letak
lintang), iklim Kodrat (berdasarkan isotherm), dan iklim Koppen, Iklim Schmidt-
Ferguson, Iklim Oldeman (berdasarkan curah hujan) serta Iklim Junghuhn
(berdasarkan ketinggian tempat).
7. Pola curah hujan di Indonesia, bagian timur curah hujan lebih kecil/sedikit di
bandingkan dengan di bagian barat.
8. Gejala alam yang mepengaruhi iklim antara lain, efek rumah kaca, EL Nino dan
La Nina.
Dengan demikian Anda mampu memprediksi dinamika perubahan atmosfer dan
dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Untuk mengukur pengetahuan yang
Anda miliki, sebaiknya Anda mendatangi Sekolah Penyelengara dan melalui Guru
Binaan mintalah Tes Akhir Modul.
Jika Anda belum mencapai 75% silakan Anda mempelajari kembali modul ini. Dan
menjawab kembali Tes/Soal-soal yang disediakan untuk mengukur kemampuan Anda
hingga mencapai 75%. Setelah itu Anda boleh melanjutkan ke materi atau modul
berikutnya. Selamat berjuang! dan sukses selalu menyertai Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Nianto Mulyo, M.Ed, Purwadi Suhandini, M.Si, Kurikulum 2004,
Geografi 1, Solo: Tiga Serangkai.
Bayong Tjasyono, Dr, Klimatologi Umum, Bandung: FMIPA - ITB, 1999.
Daniel Murdiyarso, Konvesi Perubahan Iklim, Jakarta: Kompas, 2003.
Philip D. Thompson, Robert O’Brien, Weather, USA: Time Life Book Inc, 1983.
Tim Geografi SMU DKI, Kurikulum 1994 Suplement GBPP 1999, Geografi
SMU Jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Totok Gunawan, Dr, dkk, Kurikulum 2004, Fakta dan Konsep Geografi 1,
Bandung: Ganeca Exact.
1 komentar:
makasih ya..udah kasih artikel ini..setidaknya udah bermanfaat bagiku (Haryo, IPS 2, SSC 2010)
Posting Komentar