17 Oktober 2010

SKETSA FLORA-FAUNA WALLACE
 Agun Awan, S.Pd. (Jl.Bandar Ngalim Gg.II/1-A, Bandar Kidul, Kediri, Indonesia)


Alfred.R.Wallace adalah seorang naturalis Inggris yang gemar melakukan penjelajahan dan penelitian dimana minatnya terhadap bio-geografi begitu besar. Dia mulai melakukan ekspedisinya di umur 23 tahun di pedalaman Amazon dan pada tahun 1854 sampai dengan tahun 1862, Wallace melakukan perjalanan mengelilingi Hindia Timur dimulai dari Pulau Sumatera dan berakhir di Pulau Papua. Pada saat itu Hindia Timur dipimpin oleh Gubernur Jenderal A.J. Duymaer van Twist.

Selama 8 tahun mengarungi nusantara Wallace mencatat setiap peristiwa yang dilalui dan dialaminya. Catatan ini kemudian dibukukan dan diberi judul “The Malay Archipelago”. Dalam catatan itu disebutkan, dari perjalanannya di sejumlah pulau nusantara, Wallace mengkoleksi 125.660 spesimen fauna meliputi 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerangka dan tulang aneka satwa, 310 spesimen mamalia, 100 spesimen reptil dan mencapai 109.700 spesimen serangga. Ia memperoleh penghasilan sebagai kolektor dari spesimen yang dia awetkan.

Dalam perjalanannya di bumi nusantara, Wallace juga menemukan sebuah garis imajiner yang membagi flora dan fauna di Indonesia menjadi dua bagian besar. Sebelah barat garis imajinernya, sebagian besar flora dan faunanya memiliki persamaan yang mirip dengan flora dan fauna benua Asia, sementara itu di kepulauan nusantara bagian timur memiliki persamaan dengan flora dan fauna dari benua Australia.
Secara umum, landasan teori utama yang digunakan oleh Wallace adalah kedalaman laut yang memisahkan antara dua pulau. Ia memberikan contoh bahwa Inggris dipisahkan dengan benua Eropa oleh laut dangkal sehingga jenis hewan dan tumbuhannya tidak berbeda dengan yang ada di Eropa daratan, sedangkan Korsika dan Sardinia dipisahkan oleh laut dalam sehingga menyajikan perbedaan yang lebih besar dalam bentuk-bentuk organik. Hal ini sama kondisinya dengan Madagaskar dan Afrika daratan yang dipisahkan oleh terusan selebar 300 mil, yang memiliki banyak ciri khusus yang mengindikasikan pemisahan zaman purbakala yang sangat jauh.

Di Kepulauan Hindia Timur, ditemukan bahwa semua laut luas yang memisahkan Jawa, Sumatera dan Borneo begitu dangkal sehingga kapal-kapal dapat membuang jangkar di bagian laut manapun, termasuk pula dengan Bali, Malaka dan kepulauan Filipina. Wallace kemudian mengeluarkan pendapat bahwa kepulauan besar yang disebutkan di atas pernah menjadi bagian dari benua. Gajah dan tapir yang ditemukan di Sumatera dan Borneo, badak yang juga terdapat di Jawa, Sumatera dan Borneo, rupanya pada saat ini mendiami suatu bagian di Asia Selatan.

Burung-burung dan serangga-serangga menunjukkan gambaran yang sama, untuk setiap famili dan hampir setiap genus dari kedua kelompok hewan ini yang ditemukan di pulau manapun terdapat juga di Benua Asia, dan dalam sejumlah besar kasus, spesies-spesies ini benar-benar identik.
Kemudian, semua pulau dari Celebes dan Lombok ke arah timur menampilkan kemiripan dengan Australia dan Papua yang hampir sama dekatnya dengan kemiripan pulau-pulau sebelah barat dengan Asia. Diketahui dengan baik bahwa produk alam Australia berberda dengan produk alam Asia.

Australia tidak memiliki kera atau monyet, tidak ada kucing-kucingan atau monyet, serigala, beruang ataupun hyena. Tidak ada rusa atau antilop, domba, lembu, tidak ada gajah, tupai, kelinci atau kuda. Sebaliknya, Australia memiliki kangguru, opossum, wombat dan platypus berparuh bebek. Demikian pula dengan jenis burung, dimana Australia memiliki kekhasannya sendiri seperti kalkun semak dan nuri berlidah lemak. Semua kekhususan ini juga ditemukan di pulau-pulau yang membentuk bagian Austro-Melayu dari Kepulauan Hindia Timur.
Kontras besar juga terjadi antara Bali dan Lombok, dimana kedua daerah itu jaraknya sangat ketat (sekitar 15 mil). Di Bali terdapat burung caladi, burung ciung buah dan burung pelatuk, setelah menyeberang ke Lombok, hewan itu tidak terlihat lagi. Namun di Lombok terdapat kalkun semak sebagaimana di Australia, namun tidak terdapat di Bali.
Di Jawa dan Borneo, hutan-hutan berlimbah dengan monyet-monyet dari banyak jenis, kucing liar, rusa, musang dan lingsang dan banyak macam-macam tupai yang sering ditemui. Di Celebes dan Maluku tidak ada hewan-hewan seperti di atas, tetapi kuskus dengan ekor yang mencengkeram hampir menjadi satu-satunya mamalia daratan yang terlihat disamping babi liar yang ditemukan hampir di semua pulau.
Burung-burung di pulau-pulau bagian barat adalah burung pelatuk, caladi, luntur gunung, ciung buah dan ciung daun; mereka terlihat sehari-hari dan membentuk ciri-ciri besar ornithologi dari daerah ini. Di pulau-pulau bagian timur hewan-hewan itu sama sekali tidak dikenal. Isap-madu dan nuri kecil adalah burung yang paling banyak didapat, sehingga Wallace sendiri merasa berada di dunia baru.

Kesimpulan yang ditarik adalah, bahwa keseluruhan pulau-pulau ke arah timur di luar Sumatera, Jawa dan Borneo pada dasarnya menjadi bagian dari benua Australia atau Pasifik di zaman dulu, meskipun beberapa diantaranya tidak benar-benar bergabung dengan benua itu.

Menarik juga untuk diamati diantara pulau-pulau sendiri sebagaimana laut yang dangkal mengisyaratkan hubungan darat yang baru. Kepulauan Aru, Mysol dan Waigiou, seperti halnya Jobie, dalam spesies mamalia dan burung mereka lebih mirip dengan Papua daripada Maluku dan didapati bahwa pulau-pulau tersebut pernah tergabung dengan Pulau Papua.
Lebih jauh lagi dapat dicatat, pembagian kepulauan di Hindia Timur ke dalam dua wilayah geografis yang besar dicirikan oleh produk alam mereka dan tidak tergantung pembagian fisik atau iklim yang utama dari permukaan bumi. Rangkaian gunung api yang panjang dari barat hingga ke timur tampaknya tidak menyebabkan efek kesamaan produk alam mereka.
Borneo hampir mirip dengan Papua dalam jenis struktur geologinya, keseragaman iklimnya dan aspek umum dari vegetasi hutan yang menutupi permukaannya. Bali serta ujung Pulau Jawa bagian timur, memiliki iklim yang hampir sama kering dengan Kepualauan Timor. Demikian pula Maluku yang struktur vulkanis, hutan-hutan yang subur serta seringnya mengalami gempa hampir serupa dengan kepulauan di Filipina.

Serta ada satu ciri umum lagi pada bagian-bagian kepulauan di Indonesia, yaitu dengan lokasi yang berada di khatulistiwa menjamin curah hujan yang berlimpah. Di beberapa daerah, seperti Sumatera bagian barat, Kalimantan bagian tengah dan Papua bagian tengah mengalami curah hujan di atas rata-rata.

Sumber Bacaan :
1. Borneo, Celebes, Aru. Alfred Russel Wallace. Selasar Surabaya Publishing. 2010.
2. Nusantara. Bernard H.M.Vlekke. Kepustakaan Populer Gramedia. 2008.

Tidak ada komentar: