27 Oktober 2010

TRAGEDI KOLOSAL MENTAWAI 2010

Agun Awan, S.Pd. (Jl.Bandar Ngalim II/1-A, Bandar Kidul, Mojoroto, Kediri, Indonesia)

 

 

 






Korban gelombang tsunami yang melanda kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terus bertambah. Hingga tadi malam, komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan lokasi bencana masih terputus-putus.

Laporan sementara menyebutkan, kondisi Kepulauan Mentawai sangat memprihatinkan. Hingga kini, sebanyak 112 orang dikabarkan tewas terseret gelombang dan sekitar 502 warga hilang. “Sebanyak 112 warga tewas berasal dari tiga kecamatan di kepulauan Mentawai. 502 orang masih belum ditemukan,” tulis notulensi rapat koordinasi penanggulangan gempa dan tsunami Mentawai yang dikutip keterangan pers BNPB.

Rapat yang masih berlangsung hingga tadi malam itu dipimpin Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan dihadiri Bupati Mentawai, Edison, di Kota Padang. Kondisi masyarakat di Kepulauan Mentawai khususnya di Pagai Utara dan Pagai Selatan sangat memprihatinkan. Mereka sudah kehabisan stok makanan karena stok yang ada di rumah dan di warung lenyap dibawa gelombang tsunami. “Untuk menyambung hidup, mereka harus makan ubi, talas, dan dedaunan. Mereka juga butuh kantung mayat,” tulis keterangan itu.
Rencananya, hari ini Wapres Budiono didampingi Menko Kesra Agung Laksono akan bertolak ke lokasi tsunami pascagempa 7,2 Skala Richter tersebut. Kepala Bidang Humas dan Dokumentasi Menko Kesra Tito Setyawan mengatakan, Menko Kesra akan berangkat bersama Boediono menggunakan pesawat khusus. “Itu atas instruksi langsung Presiden SBY,” katanya.
Serangkaian gempa di dekat Pulau Mentawai, Sumatera Barat telah memicu gelombang tsunami. Akibat tsunami yang terpicu gempa berkekuatan 7,2 skala richter, 23 warga dinyatakan tewas sementara 167 lainnya  masih hilang.
 
Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat, episentrum berada di barat daya Pulau Pagai Selatan, Mentawai, dengan kedalaman 20 Km dari permukaan laut. Terjadi 9 kali gempa sejak Senin malam hingga siang kemarin. Gempa pertama terjadi pada Senin (25/10) malam, tepatnya pukul 22.21 WIB. Sedangkan gempa terakhir terjadi pada pukul 10.28 kemarin.

Dikutip Associated Press (AP), Petugas pada pusat penanggulangan krisis Kementrian Kesehatan, Mujiharto, mengungkapkan, tsunami setinggi 3 meter menyapu duaratusan rumah di wilayah Pulau Pagai dan Silabu di Kepulauan Mentawai. “Kami sudah menyediakan 200 kantong mayat untuk berjaga-jaga,” ujar Mujiharto.
Petugas dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ade Edward, menyatakan kemarin pagi saja, 23 tubuh yang tak bernyawa lagi ditemukan di pantai pinggiran desa di Pagai yang hancur disapu ombak. Sedangkan 167 warga lainnya masih hilang. Bahkan desa Muntei Baru di Pulau Silabu, 80 persen rumah penduduk rusak karena ketinggian tsunami mencapai atap rumah.

Gempa di pagi itu juga membuat kepanikan di Padang, Ibukota Sumatera Barat. Pengeras suara di masjid-masjid sempat mengumandangkan peringatan akan bahaya tsunami.
Warga negara asing juga disebut ikut jadi korban akibat gempa di Pagai. Sekelompok wisatawan Australia yang tengah berlibur di Pagai, berlompatan ke air ketika ombak datang menyapu dan merusak kapal sewaan yang ditumpangi. “Kami melempar apapun yang bisa membuat kami mengapung, seperti papan surfing,  kemudian kami meloncat ke air,” ujar Rick Hallet, warga negara Australia sebagaimana dilansir Australia’s Nine Network.
“Untungnya, sebagian besar dari kami ada sesuatu untuk berpegangan, memanjat setinggi mungkin di pohon dan bertahan hingga 1,5 jam,” tuturnya.
Laut di sebelah barat Pulau Sumatra dikenal sering menjadi pusat gempa. Namun wilayah barat Mentawai juga dikenal sebagai surga bagi para peselancar. Mentawai dikenal memiliki ombak paling baik untuk surfing dan memiliki garis pantai yang panjang.

Sebelum tsunami di Pagai, peristiwa memilukan akibat muntahan air laut terjadi pada 26 Desember 2004. Tsunami yang dipicu gempa di dekat Pulau Siemeleu, Aceh berkekuatan 9,1 SR, meluluhlantakkan kawasan Banda Aceh. Bahkan tsunami meluas hingga Thailand, Burma, Srilangka dan India.

BUTUH MAKANAN & OBAT-OBATAN.

Rombongan Bupati Mentawai dan Muspida terhambat untuk kembali ke daerahnya. Ini disebabkan gangguan gelombang tinggi di sekitar perairan Mentawai, Sumatera Barat.
“Sebenarnya kita masih di Padang, ada gelombang besar jadi tidak bisa kembali lagi,” ujar Bupati Mentawai, Edison Saleleo Baja, pada talkshow di salah satu stasiun televisi, Selasa (26/10).
Hingga kemarin, pemerintah setempat masih terus melakukan verifikasi data tentang korban gempa dan tsunami yang terjadi di Mentawai. “Sebenarnya belum ada data pasti. Kita terus mengupayakan mengmpulkan data lagi,” ujar Edison.

Hal ini dilakukan untuk mempermudah distribusi bantuan kepada korban. Data sementara yang dikumpulkan, akibat gempa dan tsunami Mentawai 40 orang tewas dan 400 orang dikabarkan hilang.
Bupati juga menegaskan, saat ini korban tsunami memerlukan bantuan berupa bahan makanan, tenda-tenda dan lainnya.

Sebagian, lanjut Bupati, sudah disampaikan, tapi masih dibutuhkan bantuan lanjutan.
Ada prediksi tsunami susulan kembali terjadi? “Mudah-mudahanan tidak ada lagi. Kita imbau supaya masyarakat tidak takut lagi,” lanjutnya.

Kemarin, akses bantuan kepada korban Tsunami Mentawai terputus. Ini karena gelombang tinggi terjadi di laut Mentawai. Padahal Mentawai juga tidak memiliki landasan pacu dan helipad, sehingga jalur udara juga tidak bisa dimaksmimalkan.
Hendri Dori Satoko, Ketua DPRD Mentawai mengatakan, “Disana (Mentawai) belum ada helipad. Jadi akses hanya lewat laut.”

Tentang hal itu Hendri mengaku saat ini distribusi bantuan masih menunggu kondisi laut kembali tenang. “Yang harus kita lakukan adalah tidak menambah panik masyarakat,” ujar Dori saat diwawancara salah satu stasiun televisi.
 
Namun secara umum, lanjut Dori, tanggap darurat di Mentawai berjalan dengan baik. “Kondisi ini secara tiba-tiba tapi kita sudah antisipasi awal di kabupaten ini,” imbuhnya.

TSUNAMI MENTAWAI
  • Terjadi 9 kali gempa sejak pukul 22.21 WIB, Senin (25/10) malam hingga pukul 10.28 kemarin.
  • Episentrum di kedalaman 20 Km dari permukaan laut, barat daya Pulau Pagai Selatan, Mentawai.
  • Gempa 7,7 skala richter (versi USGS) mengakibatkan tsunami setinggi 3 meter
  • 23 warga tewas, 167 lainnya  masih hilang.
  • Tsunami sapu 200an rumah di Pulau Pagai dan Silabu.
  • 80 persen rumah di Desa Muntei Baru di Pulau Silabu, rusak karena ketinggian tsunami mencapai atap rumah.
  • Petugas siapkan 200 kantong mayat
Sumber: Data olahan Sumut Pos

Buatmu : Inung, Sandhi Sukma & Wanodya Nirmala.

Tidak ada komentar: